Blog

Perpisahan dengan Bulan Ramadhan

Tidak terasa sudah sebulan kita menjalani ibadah di bulan Ramadhan.
Dan saatnya kita berpisah dengan bulan yang penuh barokah, bulan
yang penuh rahmat dan ampunan Allah, serta bulan di mana banyak yang
dibebaskan dari siksa neraka.
Begitu Banyak Pengampunan Dosa di Bulan yang Mulia
Saudaraku, jika kita betul-betul merenungkan, Allah begitu sayang kepada
orang-orang yang gemar melakukan ketaatan di bulan Ramadhan. Cobalah
kita perhatikan dengan seksama, betapa banyak amalan yang di dalamnya
terdapat pengampunan dosa. Maka sungguh sangat merugi jika seseorang
meninggalkan amalan-amalan tersebut. Dia sungguh telah luput dari ampunan
Allah yang begitu luas.
Cobalah kita lihat pada amalan puasa yang telah kita jalani selama
sebulan penuh, di dalamnya terdapat ampunan dosa. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan
karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu
akan diampuni.”

Begitu pula pada amalan shalat tarawih, di dalamnya juga terdapat
pengampunan dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan
mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Barangsiapa yang menghidupkan lailatul qadar dengan amalan shalat,
juga akan mendapatkan pengampunan dosa sebagaimana sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada lailatul
qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya
yang telah lalu akan diampuni.”

Amalan-amalan tadi akan menghapuskan dosa dengan syarat seseorang
melakukan amalan tersebut karena (1) iman yaitu membenarkan pahala yang dijanjikan oleh Allah dan (2) mencari pahala di sisi Allah, bukan karena
riya’ (cari pujian) atau alasan lainnya.

Adapun pengampunan dosa pada lailatul qadar adalah apabila seseorang
mendapatkan malam tersebut, sedangkan pengampunan dosa pada puasa
Ramadhan dan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) adalah apabila bulan
Ramadhan telah sempurna (29 atau 30 hari). Dengan sempurnanya bulan
Ramadhan, seseorang akan mendapatkan pengampunan dosa yang telah
lalu dari amalan puasa dan amalan shalat malam yang ia lakukan.

Selain melalui amalan puasa, shalat malam di bulan Ramadhan dan
shalat di malam yang mulia (lailatul qadar), juga terdapat amalan untuk
mendapatkan ampunan Allah yaitu melalui istighfar. Memohon ampun
seperti ini adalah di antara bentuk do’a. Dan do’a orang yang berpuasa
adalah do’a yang mustajab (terkabulkan), apalagi ketika berbuka. Qotadah
mengatakan, “Siapa saja yang tidak diampuni di bulan Ramadhan, maka
sungguh di hari lain ia pun akan sulit diampuni.”

Begitu pula pengeluaran zakat fithri di penghujung Ramadhan, itu
juga adalah sebab mendapatkan ampunan Allah. Karena zakat fithri akan
menutupi kesalahan berupa kata-kata kotor dan sia-sia. Ulama-ulama
terdahulu mengatakan bahwa zakat fithri adalah bagaikan sujud sahwi
(sujud yang dilakukan ketika lupa, -pen) dalam shalat, yaitu untuk menutupi
kekurangan yang ada.

Jadi dapat kita saksikan, begitu banyak amalan di bulan Ramadhan
yang terdapat pengampunan dosa, bahkan itu ada sampai penutup bulan
Ramadhan. Sampai-sampai Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Tatkala
semakin banyak pengampunan dosa di bulan Ramadhan, maka siapa saja
yang tidak mendapati pengampunan tersebut, sungguh dia telah terhalangi
dari kebaikan yang banyak.”

Bagaimana Seharusnya Keadaan Seseorang di Hari ‘Idul Fithri?
Setelah kita mengetahui beberapa amalan di bulan Ramadhan yang bisa
menghapuskan dosa-dosa, maka seseorang di hari raya Idul Fithri, ketika dia
kembali berbuka (tidak berpuasa lagi) seharusnya dalam keadaan bayi yang
baru dilahirkan oleh ibunya bersih dari dosa.

Khawatir Amalan Tidak Diterima
Para ulama salaf terdahulu begitu semangat untuk menyempurnakan amalan
mereka, kemudian mereka berharap-harap agar amalan tersebut diterima
oleh Allah dan khawatir jika tertolak.

Dari Fadholah bin ‘Ubaid, beliau mengatakan, “Seandainya aku
mengetahui bahwa Allah menerima dariku satu amalan kebaikanku
sekecil biji saja, maka itu lebih kusukai daripada dunia dan seisinya,
karena Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah hanya
menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Ma-idah: 27)”
Malik bin Diinar mengatakan, “Tidak diterimanya amalan lebih
kukhawatirkan daripada banyak beramal.”
Abdul Aziz bin Abi Rowwad berkata, “Saya menemukan para
salaf begitu semangat untuk melakukan amalan shalih. Apabila telah
melakukannya, mereka merasa khawatir apakah amalan mereka diterima
ataukah tidak.”

Sebagian ulama sampai-sampai mengatakan, “Para salaf biasa
memohon kepada Allah selama enam bulan agar dapat berjumpa dengan
bulan Ramadhan. Kemudian enam bulan sisanya, mereka memohon
kepada Allah agar amalan mereka diterima.”
Lihat pula perkataan ‘Umar bin ‘Abdul Aziz berikut tatkala beliau
berkhutbah pada hari raya Idul Fithri, “Wahai sekalian manusia, kalian
telah berpuasa selama 30 hari. Kalian pun telah melaksanakan shalat
tarawih setiap malamnya. Kalian pun keluar dan memohon pada Allah
agar amalan kalian diterima. Namun sebagian salaf malah bersedih ketika
hari raya Idul Fithri. Dikatakan kepada mereka, “Sesungguhnya hari ini
adalah hari penuh kebahagiaan.” Mereka malah mengatakan, “Kalian
benar. Akan tetapi aku adalah seorang hamba. Aku telah diperintahkan
oleh Rabbku untuk beramal, namun aku tidak mengetahui apakah amalan
tersebut diterima ataukah tidak.”
Itulah kekhawatiran para salaf. Mereka begitu khawatir kalau-kalau
amalannya tidak diterima. Namun berbeda dengan kita yang amalannya
begitu sedikit dan sangat jauh dari amalan para salaf. Kita begitu “pede”
dan yakin dengan diterimanya amalan kita. Sungguh, teramatlah jauh
antara kita dengan mereka.

Bagaimana Mungkin Mendapatkan Pengampunan di Bulan
Ramadhan?
Setelah kita melihat bahwa di bulan Ramadhan ini penuh dengan
pengampunan dosa dari Allah Ta’ala. Banyak yang menyangka bahwa dirinya
telah kembali suci seperti bayi yang baru lahir selepas bulan Ramadhan,
padahal kesehariannya di bulan Ramadhan tidak lepas dari melakukan dosadosa besar. Sebagaimana yang telah kami jelaskan bahwa dosa-dosa kecil
bisa terhapus dengan amalan puasa, shalat malam dan menghidupkan malam
lailatul qadar. Namun ingatlah bahwa pengampunan tersebut bisa diperoleh
bila seseorang menjauhi dosa-dosa besar. Lalu bagaimanakah dengan
kebiasaan sebagian kaum muslimin yang berpuasa namun menganggap remeh
shalat lima waktu, bahkan seringkali meninggalkannya ketika dia berpuasa
padahal meninggalkannya termasuk dosa besar?!
Sebagian kaum muslimin begitu semangat memperhatikan amalan
puasa, namun begitu lalai dari amalan shalat lima waktu. Padahal telah
dijelaskan sebelumnya bahwa orang yang berpuasa namun enggan
menunaikan shalat, puasanya tidaklah bernilai apa-apa. Bahkan puasanya
menjadi tidak sah disebabkan meninggalkan shalat lima waktu.

dangkan hak Allah tidak dipedulikan? Seperti inikah Idul Fithri disebut
hari yang suci sedangkan ketika berpuasa dikotori dengan durhaka kepadaNya? Kepada Allah-lah tempat kami mengadu, semoga Allah senantiasa
memberi taufik. Ingatlah, meninggalkan shalat lima waktu bukanlah dosa
biasa, namun dosa yang teramat bahaya.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan, “Kaum muslimin
bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah
dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh,
merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras.
Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan
Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”371
Itulah kenyataan yang dialami oleh orang yang berpuasa. Kadang
puasa yang dilakukan tidak mendapatkan ganjaran apa-apa atau ganjaran
yang kurang dikarenakan ketika puasa malah diisi dengan berbuat
maksiat kepada Allah, bahkan diisi dengan melakukan dosa besar yaitu
meninggalkan shalat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Betapa banyak orang
yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali
rasa lapar dan dahaga.”

Jika demikian, di manakah hari kemenangan yang selalu dibesarbesarkan ketika Idul Fithri? Di manakah hari yang dikatakan telah suci
lahir dan batin sedangkan hak Allah diinjak-injak? Lalu apa gunanya
maaf memaafkan terhadap sesama begitu digembar-gemborkan di hari
ied sedangkan permintaan maaf kepada Rabb atas dosa yang dilakukan
disepelekan?

Takbir di Penghujung Ramadhan
Karena begitu banyak pengampunan dosa di bulan Ramadhan, kita
diperintahkan oleh Allah di akhir bulan untuk bertakbir dalam rangka
bersyukur kepada-Nya.

Syukur di sini dilakukan untuk mensyukuri nikmat Allah berupa
taufik untuk melakukan puasa, kemudahan untuk melakukannya,
mendapat pembebasan dari siksa neraka dan ampunan yang diperoleh
ketika melakukannya. Atas nikmat inilah, seseorang diperintahkan untuk
berdzikir kepada Allah, bersyukur kepada-Nya dan bertakwa kepadaNya dengan sebenar-benarnya takwa. Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa
sebenar-benarnya takwa adalah mentaati Allah tanpa bermaksiat kepadaNya, mengingat Allah tanpa lalai dari-Nya dan bersyukur atas nikmatnikmat Allah, tanpa mengkufuri nikmat tersebut.

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd. Di penghujung
bulan Ramadhan ini, hanyalah ampunan dan pembebasan dari siksa
neraka yang kami harap-harap dari Allah yang Maha Pengampun. Kami
pun berharap semoga Allah menerima amalan kita semua di bulan
Ramadhan, walaupun kami rasa amalan kami begitu sedikit dan begitu
banyak kekurangan di dalamnya.

Oleh Muhammad Abduh Tuasikal

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *