Blog

Tips Mudik Penuh Berkah

Tips Persiapan Sebelum Safar
1- Melakukan shalat istikharah terlebih dahulu untuk memohon petunjuk
kepada Allah mengenai waktu safar, kendaraan yang digunakan,
teman perjalanan dan arah jalan. Dari Jabir bin ‘Abdillah, beliau
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengajari para
sahabatnya shalat istikhoroh dalam setiap urusan. Beliau mengajari
shalat ini sebagaimana beliau mengajari surat dari Al Qur’an.”
2- Jika sudah bulat melakukan perjalanan, maka perbanyaklah taubat
yaitu meminta ampunan pada Allah dari segala macam maksiat,
mintalah maaf kepada orang lain atas tindak kezaliman yang pernah
dilakukan, dan minta dihalalkan jika ada muamalah yang salah
dengan sahabat atau lainnya.
3- Menyelesaikan berbagai persengketaan, seperti menunaikan utang
pada orang lain yang belum terlunasi sesuai kemampuan, menunjuk
siapa yang bisa menjadi wakil tatkala ada utang yang belum bisa
dilunasi, mengembalikan barang-barang titipan, mencatat wasiat,
dan memberikan nafkah yang wajib bagi anggota keluarga yang
ditinggalkan.
4- Melakukan safar atau perjalanan bersama tiga orang atau lebih.
Sebagaimana hadits, “Satu pengendara (musafir) adalah syaithan,
dua pengendara (musafir) adalah dua syaithan, dan tiga pengendara
(musafir) itu baru disebut rombongan musafir.” Yang dimaksud
dengan syaithan di sini adalah jika kurang dari tiga orang, musafir
tersebut sukanya membelot dan tidak taat.

5- Mengangkat pemimpin dalam rombongan safar yang mempunyai
akhlaq yang baik, akrab, dan punya sifat tidak egois. Juga mencari
teman-teman yang baik dalam perjalanan. Adapun perintah untuk
mengangkat pemimpin ketika safar terdapat dalam hadits, “Jika ada tiga orang keluar untuk bersafar, maka hendaklah mereka mengangkat salah satu di antaranya sebagai ketua rombongan.”

6- Hendaklah melakukan safar pada waktu terbaik.
Dianjurkan untuk melakukan safar pada hari Kamis sebagaimana
kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Ka’ab bin Malik, beliau
berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju perang Tabuk
pada hari Kamis. Dan telah menjadi kebiasaan beliau untuk bepergian pada
hari Kamis.”

7- Melakukan shalat dua raka’at ketika hendak pergi. Sebagaimana
terdapat dalam hadits dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Jika engkau keluar dari rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang dengan ini akan menghalangimu dari kejelekan
yang berada di luar rumah. Jika engkau memasuki rumahmu, maka
lakukanlah shalat dua raka’at yang akan menghalangimu dari kejelekan
yang masuk ke dalam rumah.”

8- Berpamitan kepada keluarga dan orang-orang yang ditinggalkan.
Do’a yang biasa diucapkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang
yang hendak bersafar adalah,

“Astawdi’ullaha diinaka, wa amaanataka, wa khowaatiima ‘amalik (Aku
menitipkan agamamu, amanahmu, dan perbuatan terakhirmu kepada
Allah).”

9- Ketika keluar rumah dianjurkan membaca do’a:

“Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah”
(Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada-Nya, tidak ada daya dan
kekuatan kecuali dengan-Nya).

Tips Ketika Safar
1- Membaca do’a ketika naik kendaraan
Ketika menaikkan kaki di atas kendaraan hendaklah seorang musafir
membaca, “Bismillah, bismillah, bismillah”. Ketika sudah berada di atas
kendaraan, hendaknya mengucapkan, “Alhamdulillah”. Lalu membaca,

“Subhanalladzi sakh-khoro lanaa hadza wa maa kunna lahu muqriniin.
Wa inna ilaa robbina lamun-qolibuun” (Maha Suci Allah yang telah
menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak
mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada
Tuhan kami).

Kemudian mengucapkan, “Alhamdulillah, alhamdulillah,
alhamdulillah”. Lalu mengucapkan, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu
akbar.” Setelah itu membaca,

“Subhaanaka inni qod zholamtu nafsii, faghfirlii fa-innahu laa yaghfirudz
dzunuuba illa anta” (Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah
menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku karena tidak ada yang
mengampuni dosa-dosa selain Engkau).

2- Membaca do’a dan dzikir safar
Jika sudah berada di atas kendaraan untuk melakukan perjalanan,
hendaklah mengucapkan, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.”
Setelah itu membaca,

“Subhanalladzi sakh-khoro lanaa hadza wa maa kunna lahu muqrinin.
Wa inna ila robbina lamun-qolibuun. Allahumma innaa nas-aluka
fii safarinaa hadza al birro wat taqwa wa minal ‘amali ma tardho.
Allahumma hawwin ‘alainaa safaronaa hadza, wathwi ‘anna bu’dahu.
Allahumma antash shoohibu fis safar, wal kholiifatu fil ahli. Allahumma
inni a’udzubika min wa’tsaa-is safari wa ka-aabatil manzhori wa
suu-il munqolabi fil maali wal ahli.” (Mahasuci Allah yang telah
menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya
tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya
hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya
kami memohon kepada-Mu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau
ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan
kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah
rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan,
tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada
harta dan keluarga).

Dalam perjalanan, hendaknya seorang musafir membaca dzikir
“subhanallah” ketika melewati jalan menurun dan “Allahu akbar”
ketika melewati jalan mendaki. Dalam sebuah riwayat disebutkan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya biasa
jika melewati jalan mendaki, mereka bertakbir (mengucapkan
“Allahu Akbar”). Sedangkan apabila melewati jalan menurun, mereka
bertasbih (mengucapkan “Subhanallah”).

3- Hendaklah memperbanyak do’a ketika safar
Hendaklah seorang musafir memperbanyak do’a ketika dalam perjalanan
karena do’a seorang musafir adalah salah satu do’a yang mustajab
(terkabulkan). Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Tiga do’a yang tidak diragukan lagi terkabulnya yaitu do’a
seorang musafir, do’a orang yang terzalimi, dan do’a jelek orang tua kepada
anaknya.”
4- Membaca do’a ketika mampir di suatu tempat
Hendaklah seorang musafir ketika mampir di suatu tempat membaca,
“A’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq (Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan setiap makhluk).”
Tujuannya agar terhindar dari berbagai macam bahaya dan gangguan.

5- Ketika kendaraan tiba-tiba mogok atau rusak
Jika kendaraan mogok, janganlah menjelek-jelekkan syaithan karena
syaithan akan semakin besar kepala. Namun ucapkanlah basmalah
(bacaan “bismillah”).

6- Musafir ketika bertemu waktu sahur (menjelang shubuh)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersafar dan bertemu dengan
waktu sahur, beliau mengucapkan,

“Samma’a saami’un bi hamdillahi wa husni balaa-ihi ‘alainaa. Robbanaa
shohibnaa wa afdhil ‘alainaa ‘aa-idzan billahi minan naar (Semoga ada
yang memperdengarkan pujian kami kepada Allah atas nikmat dan
cobaan-Nya yang baik bagi kami. Wahai Rabb kami, peliharalah kami dan berilah karunia kepada kami dengan berlindung kepada Allah dari
api neraka).”

Tips Kembali dari Safar
1- Memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga ketika ingin
kembali dari safar. Bahkan tidak disukai jika datang kembali dari
bepergian pada malam hari tanpa memberitahukan pada keluarga
terlebih dahulu.
Dari Jabir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang untuk pulang dari
bepergian lalu menemui keluarganya pada malam hari.”
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam biasa tidak pulang dari bepergian lalu menemui
keluarganya pada malam hari. Beliau biasanya datang dari bepergian
pada pagi atau sore hari.”
2- Berdo’a ketika kembali dari safar.
Do’a ketika kembali dari safar sama dengan do’a ketika hendak pergi safar
yaitu mengucapkan, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar”, kemudian
membaca,

“Subhanalladzi sakhkhoro lana hadza wa maa kunna lahu muqrinin. Wa
inna ila robbina lamunqolibuun. Allahumma innaa nas’aluka fi safarinaa
hadza al birro wat taqwa wa minal ‘amali ma tardho. Allahumma hawwin
‘alainaa safaronaa hadza, wathwi ‘anna bu’dahu. Allahumma antash
shoohibu fis safar, wal kholiifatu fil ahli. Allahumma inni a’udzubika min
wa’tsaa-is safari wa ka-aabatil manzhori wa suu-il munqolabi fil maali wal
ahli.” (Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan
ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk
melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan
kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan,
taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga).

3- Melakukan shalat dua raka’at di masjid ketika tiba dari safar.
Dari Ka’ab, beliau mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika tiba
dari safar pada waktu Dhuha, beliau memasuki masjid kemudian beliau
melaksanakan shalat dua raka’at sebelum beliau duduk.”
Dari Jabir bin ‘Abdillah, beliau mengatakan, “Aku pernah
bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam safar. Tatkala kami
tiba di Madinah, beliau mengatakan padaku, “Masukilah masjid dan
lakukanlah shalat dua raka’at.”

Beberapa Keringanan Saat Safar
1- Diperbolehkan bagi musafir untuk tidak berpuasa jika mengalami
kesulitan untuk berpuasa ketika safar.
2- Mengqashar shalat yaitu meringkas shalat yang berjumlah empat
raka’at (Dzuhur, ‘Ashar dan ‘Isya’) menjadi dua raka’at. Mengqashar
shalat di sini hukumnya wajib sebagaimana hadits dari ‘Aisyah,
“Dulu shalat diwajibkan dua raka’at dua raka’at ketika tidak bersafar
dan ketika bersafar. Kewajiban shalat dua raka’at dua raka’at ini masih
berlaku ketika safar. Namun jumlah raka’atnya ditambah ketika tidak
bersafar.”
3- Meninggalkan shalat-shalat sunnah rawatib. Sebagaimana ada
beberapa dalil yang menunjukkan hal ini. Ibnul Qayyim rahimahullah
mengatakan, “Allah subhanahu wa ta’ala memberi keringanan bagi
musafir dengan menjadikan shalat yang empat raka’at menjadi dua
raka’at. Seandainya shalat sunnah rawatib sebelum dan sesudah shalat fardhu disyari’atkan ketika safar, tentu mengerjakan shalat fardhu dengan sempurna (empat raka’at) lebih utama.

Oleh Muhammad Abduh Tuasikal

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *